SOP Budidaya Udang New Normal

SOP Budidaya Udang New Normal

Foto: 
Gambar 8. Tanda klinis AHPND pada kontrol negatip dan positip serta perlakuan PG setelah hari ke 8

Oleh : Haig Babikian, PhD., Heny Budi Utari, PhD., Rajeev K. Jha, PhD., Ir. Bambang Indiadie dan Guruh Suryawan, SPi.
 
 
Early Mortality Syndrome (EMS) atau Sindrom Kematian Dini (SKD) adalah suatu istilah untuk infeksi yang sangat mematikan pada periode awal budidaya udang vanamei, termasuk di dalamnya adalah penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). AHPND disebabkan oleh Vibrio para-haemolyticus yang memiliki plasmid unik yang tidak dimiliki oleh strain non-patogenik, plasmid tersebut mengkode gen beracun ganda Photorhabdus insect-related (Pir) A dan B. 
 
 
AHPND dilaporkan menyebabkan kematian di beberapa Negara produksi udang seperti China (2009), Malaysia (2010) (FAO, 2013), Vietnam (2012), Thailand (2012), Filipina, bahkan ke Amerika Latin. Penyakit udang ini menimbulkan dampak enokomi yang cukup besar terhadap produksi udang dunia (Ligthner et al., 2012; Mooney et al., 2012). 
 
 
Tanda-tanda klinis AHPND (Gambar 1) meliputi lambung dan hepatopankreas pucat dan kosong, warna udang pucat, hepatopankreas mengkerut, disertai kematian masif di dasar saat siphon. AHPND sering muncul pada umur udang 8 - 45 hari setelah tebar benur. 
 
 
PondGuard 
Upaya penanggulangan sudah banyak dilakukan di negara-negara terdampak, namun sampai saat ini negara-negara tersebut masih cukup terpuruk dengan hasil produksi udangnya. Salah satu solusi untuk menanggulangi dampak AHPND telah diaplikasikan di Vietnam dengan menggunakan PondGuard. 
 
 
PondGuard atau PG merupakan campuran minyak esensial alami yang diformulasikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai imunomodulator. Fungsi imunomodulator merupakan fungsi dengan cara menaikkan sistem imun udang yang rendah ke tingkat optimal dan bila terlalu tinggi akan mengatur sistem imun udang kembali ke tingkat optimal. 
 
 
Selain itu, PG mampu menjaga udang dari stres lingkungan, memproteksi dari penyakit infeksi, menjaga fungsi metabolisme, mengorganisir elemen-elemen dan mineral dalam air lalu meningkatkan sampai tahap eksponensial. Dengan demikian mampu mengurangi load pathogen di dalam tubuh udang dan lingkungan tambak. 
 
 
Riset tentang efikasi PG dalam melawan Vibrio parahaemolyti¬cus AHPND telah dilakukan di Vietnam, Ben Tre Akuakultur, Binh Dai dengan cara dicampurkan ke dalam pakan sedangkan kontrol udang diberikan pakan regular tanpa PG, lalu udang ditantang dengan merendam bakteri V. parahaemolyticus AHPND. Konsen¬trasi bakteri V. parahaemolyticus adalah 107 CFU/mL berasal dari strain Universitas Arizona, Amerika. 
 
 
Kontrol positip menunjukkan tanda-tanda AHPND kurang lebih 60 % pada 18 - 22 jam dibandingkan perlakuan dan kontrol negatif. Konsumsi pakan menurun hingga 50 % yang menunjuk¬kan udang dalam kondisi stres dan angka kematian mencapai 56% selama 2 hari setelah uji tantang (Gambar 2 dan 3). Dari riset ini menunjukkan bahwa formulasi herbal alami PondGuard mampu melindungi udang dari serangan AHPND (Jiaravanon et al., 2016; Kumar Jha et al., 2016).
 
 
Riset selanjutnya untuk melihat kemampuan PondGuard terhadap AHPND juga dilakukan di Vietnam, dimana udang didederkan dari College of Aquaculture and Fisheries, Universitas Cantho, Vietnam (Babikian et al., 2019) dimana udang bebas dari patogen termasuk AHPND dan Enterocytozoon hepatopenaei (EHP). Pengaturan bak perlakuan dan kontrol berjarak minimal 30 meter, dosis PondGuard sebanyak 40 ppm disiapkan dalam trial ini. Bakteri V parahaemolyticus yang digunakan diisolasi dari tambak di provinsi Soc Trang, Vietnam. 
 
 
Setelah uji tantang dengan cara imersi selama 15 menit konsentrasi 108 CFU/mL maka setelah udang dipindahkan ke akuarium dengan penambahan air laut sehingga konsentrasi turun menjadi 106 CFU/ml, tidak dilakukan pergantian air sampai 48 jam, setelah itu baru air diperbarui setiap 2 hari sekali sebanyak 30 %. Kematian kumulatif tampak meningkat pada kontrol positif (58 %) dibandingkan perlakuan 40 ppm PondGuard setelah hari ke-8 paska uji tantang (Gambar 4).
 
 
Demikian juga, bioassay skala kecil telah dilakukan untuk menguji efikasi PG terhadap Vibrio koloni hijau. PG diaplikasikan selama 2 minggu di dalam bak untuk uji tantang. Udang vannamei diuji tantang dengan dosis sub-letal log 6 VP-AHPND (Gambar 5). Hasil riset menunjukkan bahwa PG mempunyai kemampuan untuk mengurangi load bakteri Vibrio koloni hijau sampai 0 % dalam waktu 24 jam periode uji tantang. Hasil uji ini juga membuktikan bahwa PG mampu mengurangi load Vibrio dalam lingkungan yang terkontrol. 
 
 
Pengujian pada tahap selanjutnya PG diaplikasikan ke dalam air kolam setelah diinduksi dengan bakteri Vibrio AHPND, strain berasal dari Universitas Arizona (Le Van Khoa, et al., 2020). Udang SPF dengan MBW 0,6 – 0,8 gram direndam selama 15 menit. Dosis letal Vibrio-AHPND adalah log 7 digunakan dalam perlakuan ini dengan aerasi, lalu produk PG diaplikasikan dengan konsentrasi 0,2 % (treatment 1) dan 0,3% (treatment 2). 
 
 
Setelah 3 hari paska infeksi, pergantian air dilakukan sebanyak 20 %. Pada hari ke-8, kematian kumulatif tercatat 48,6 % untuk positif kontrol dibandingkan dengan perlakuan yang tidak ditemukan kematian sama sekali (Gambar 6), sedangkan tanda klinis AHPND mulai muncul pada hari ke-1 (100 %) walaupun pada akhir riset mengalami penurunan (Gambar 7 dan 8). Pengujian konfirmasi dilakukan dengan uji Realtime PCR dan Chromagar-Vibrio.
 
 
Dari riset-riset yang sudah dilakukan tersebut menunjuk¬kan bahwa PG terbukti dapat menghambat dan menurunkan pertumbuhan vibrio parahaemolyticus AHPND baik dalam tubuh udang maupun di dalam air. (aplikasi campur pakan dan melalui media air tambak).
 
 
Budidaya New Normal 
Kebiasaan baru berbudidaya udang harus signifikan lebih baik dari kebiasaan lama. Misi dari SOP Budidaya New Normal ini adalah mengajak petambak dan stakeholder lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan dan keseriusan dalam berbudidaya, mengingat efek yang ditimbulkan oleh penyakit AHPND ini sangat besar dalam bisnis perudangan, baik di hatchery maupun di tambak udang. Harus dijadikan pemahaman bersama bahwa AHPND ini berbasis bakteri, bukan berbasis virus yang sudah biasa dialami pertambakan udang. 
 
 
Harapannya pencegahan dan penanganannya tidak semua disamakan dengan penyakit yang berbasis virus. Hal yang perlu diperhatikan dalam SOP budidaya New Normal ini adalah memasti¬kan keseluruhan isi tambak (baik petak, inlet, outlet, tandon, ipal) dan lingkungan sekitarnya sudah tidak ditemukan AHPND, apalagi dengan benur yang akan ditebar, semua diuji dengan Realtime PCR, bukan dengan konvensional PCR, pockit PCR dan lain lain. 
 
 
Dalam upaya mencegah dan menangani AHPND, CP Prima telah menerbitkan Buku Pegangan Protokol Budidaya “New Normal” yang sudah dibagikan ke petambak dengan penjelasan rinci mengenai : 
 
 
1. a. Layout, Konstruksi dan Sarana Penunjang. b. BIOSECURITY dan Desinfeksi sesuai SOP 
2. Pengeringan dan Pengapuran 
3. Surveilan dan Monitoring AHPND 
4. Proses pembentukan plankton beserta material dan dosisnya 
5. Aplikasi PondGuard (PG) sesuai protokol 
6. Kegiatan siphon sebelum dan sesudah tebar 
7. Penurunan padat tebar dan Carrying Capacity, serta jangan terlambat panen partial 
8. Pemilihan benur yang berkualitas bagus dan BEBAS AHPND serta penyakit lainnya 
9. Menjaga level DO (Disolved Oxygen) terendah > 4,5 ppm 
10. Menjaga jumlah vibrio dalam level rendah, dibawah standarnya 
11. Menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dan efektif dengan petambak dan teknisi sekitarnya untuk upaya bersama dalam pencegahan dan penanganan AHPND 
 
 
Khusus produk herbal berupa PondGuard ini di masukkan ke dalam SOP New Normal dan sudah banyak dipakai petambak di Aceh, Medan, Bengkulu, Lampung, Bangka, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumbawa dan Sulawesi mem¬berikan hasil yang signifikan dalam Pencegahan dan Penanganan AHPND. Beberapa tambak di Lampung dan Jawa Timur yang siklus lalu terkena AHPND cukup parah, siklus ini mampu berproduksi secara optimal dan terbebas dari AHPND setelah mengaplikasikan PondGuard secara benar dalam menjalankan SOP Budidaya New Normal. 
 
 
Pada akhirnya, menyikapi AHPND ini membutuhkan kebersamaan dalam keseriusan dan kehati-hatian tingkat tinggi pada semua stakeholder perudangan dalam upaya mencegah dan menanganinya.
 
 
Referensi: 
1. Haig Yousef Babikian, Rajeev Kumar Jha, Dang Thi Hoang Oanh and Truong Quoc Phu, 2019. Study on the Efficacy of Pondguard in Improving Clinical Performance of White Leg Shrimp (Penaeus Vannamei) in an AHPND Bacterial Challenge Model. American Journal of Biomedical Science & Research. 212-217. 
2. Le Vun Khoa, To long Thaanh, Haig Babikian and Rajeev Kumar Jha., 2020. TSVN 6 (325) THU HAI. 
3. Benjamin Jiaravanon, Yousef Haig Babikian, Haig Yousef Babikian, Le Van Khoa, Iswadi, Rajeev Kumar Jha., 2016. 3rd International Conference of Aquaculture & Fisheries. Sep 29 – Oct 01., 2016. London, UK. 
4. Rajeev Kumar Jha, PhD; Haig Yousep Babikian, PhD; Haig Yousef Babikian, MSc; Le Van Khoa, PhD; Daniel Wisoyo, BSc; Sarayut Srisombat, MSc; Benjamin Jiaravanon, MSc., 2016. Efficacy of Natural Herbal Formulation against Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) causing Vibrio parahaemolyticus in Penaeus vannamei. Journal Veterinary Medicine. Vol 1: 50-55. 
 
TROBOS Aqua/Adv
 

 
Aqua Update + Advertorial Aqua + Cetak Update +

Artikel Lain