Budidaya Nila Salin Lebih Menguntungkan

Budidaya Nila Salin Lebih Menguntungkan

Foto: dok.KKP


Semarang (TROBOS.COM). Budidaya nila salin dipandang lebih menguntungkan sehingga berkembang pesat di kecamatan Tayu, kabupaten Pati - Jawa Tengah.

 

Ketua kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Mina Barokah, Safi'i mengungkapkan bahwa budidaya ikan nila salin jauh lebih menguntungkan dibanding budidaya ikan lainnya. Menurutnya, keunggulan tersebut terutama pada waktu pemeliharaan yang lebih singkat dan harga ikan yang relatif lebih baik.

 

“Dengan padat tebar 30 rb ekor per hektar, rata-rata kami menghasilkan produksi hingga 4 ton per hektar. Jika harga rata rata saat ini Rp 24.000/kg, keuntungan yang dapat diraup kisaran Rp15 juta s/d Rp 16 juta per siklus (3,5 bulan),” ungkapnya pada dialog interaktif dengan Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan di desa Bendungan kec Tayu akhir Juli lalu.

 

Selain keuntungan finansial, secara teknis, sisik nila mampu mengeluarkan lendir yang mengandung bakteri dan sangat bermanfaat bagi sterilisasi air di lingkungan budidaya.

 

Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menyarankan, agar menjangkau pasar ekspor, ukuran panen bisa diatur minimal 500 gram per ekor sehingga bisa dijual dalam bentuk fillet. “Bisa saja nanti kita akan gandeng perusahaan pengolah dan eksportir untuk masuk ke Kabupaten Pati ini,” tandasnya.

 

Safi’i berharap berharap agar kabupaten Pati bisa memproduksi benih nila salin secara mandiri. “Jadi kami tak lagi repot untuk melakukan adaptasi salinitas. Kalau kami beli benih dan harus adaptasikan sendiri paling-paling hanya 30 persen saja yang hidup, tapi jika kami datangkan langsung benih nila salin yang sudah jadi dari BBPBAP Jepara bisa mencapai 90 persen yang hidup,” pungkasnya

 

Menanggapi hal tersebut, Bupati Pati Haryanto menyatakan tengah membangun Balai Benih Ikan yang khusus untuk memproduksi ikan nila salin. Adapun kapasitas benih tahap awal bisa menyuplai minimal 200.000 ekor per siklus. Nantinya proses pengadaptasian benih akan menggunakan lahan di balai benih ini, sekaligus untuk kegiatan segmentasi benih.

 

Potensi Besar Nila Salin

Indonesia, imbuh Slamet merupakan salah satu produsen ikan nila terbaik dunia. Dilihat dari aspek daya saing, komoditas ikan nila memiliki daya saing tertinggi disamping udang dan rumput laut. BPS mencatat tahun 2017 ekspor ikan nila Indonesia mencapai 9.179 ton dengan nilai mencapai 57,43 juta USD.

 

Dikatakannya, pangsa pasar nila salin sangat terbuka lebar baik untuk domestik maupun ekspor. Tekstur daging nila salin disukai konsumen dunia, sehingga FAO menyebut ikan nila sebagai chicken of the water karena warna daging yang putih.

 

“Nila salin mudah dibudidayakan secara masal dan sebagai komoditas yang potensial untuk menopang ketahanan pangan nasional,” urai Slamet.

 

Disisi lain, fenomena permasalahan budidaya di perairan umum telah memicu rasionalisasi kapasitas KJA seperti di danau Toba, waduk Jatiluhur dan Cirata. Kondisi ini tentunya akan berimbas pada penurunan produksi ikan nila nasional. ist/meilaka

 
Aqua Update + Aqua Update + Cetak Update +

Artikel Lain